PELAWAN : KULAT DAN MADU
Pelawan adalah
nama pohon endemik di kawasan Bangka Belitung. Pohon Pelawan, sebenarnya membawa berkah bagi penduduk Bangka Belitung, betapa tidak, Pohon ini (hutannya) menghasilkan produk lokal berupa Kulat dan madu. Kulat adalah dialek lokal di Bangka untuk menyebut jamur. Jamur Pelawan terkenal sebagai Jamur termahal di dunia. Betapa tidak harga 1 kilogram (kering) Rp 1,5 - 2 Juta rupiah!! sementara, harga Madu Pelawan bila dalam botol sirop ABC Rp 200 - 400 ribu - dan dipercaya memiliki khasiat
untuk kesehatan tubuh dan kecerdasan otak.
Berbicara tentang Kulat Pelawan, ada hal yang menarik, selain pertanyaan mengapa harganya yang begitu mahal, yaitu adalah 'keanehan' prasyarat untuk tumbuh. Mengapa? dikarenakan Kulat ini membutuhkan dengan prasyarat khusus untuk tumbuh, yaitu harus ada guntur dan petir besar di antara hujan deras!!! (????) Tentu hal ini menimbulkan pertanyaan, apa benar??? apa hubungan guntur/petir dengan jamur yang tumbuh????
Meningat keunikan tersebut, kami memutuskan untuk pergi 'berburu' kulat Pelawan, kebetulan saat itu masih dalam musim hujan yang sedang deras2nya dan seringkali diselingi guntur dan petir. Benar saja, sewaktu kami berkunjung ke Hutan Namang - Bangka Tengah, kedatangan kami tidak sia-sia, karena saat itu kebetulan sedang musim kulat Pelawan. Sungguh menyenangkan saat melihat jamur berwarna merah pink diantara lumut yang tumbuh di sela-sela pohon Pelawan, dan saya langsung berjongkok untuk mengambil fotonya. Benar2 lucu dan menggemaskan! hmm, jadinya langsung teringat buku komik anak - Smurf....!
Menurut Sdr.Zainur (yang mendampingi kami), biasanya jamur ini panen pada bulan tiga, bulan enam atau bulan sembilan, tetapi dikarenakan musim hujan (berikut guntur dan petirnya) yang tidak menentu, sehingga saat ini sulit menentukan kapan bulan panen Kulat Pelawan.
Saat kami berkunjung ke hutan Pelawan tersebut, kami bertemu dengan rombongan adik2 dari UGM, dan menurut Zainur, sebelumnya adik2 dari ITB yang berkunjung. Apakah fenomena Kulat Pelawan vs Guntur/petir yang menyebabkan adik2 dari UGM dan ITB mengunjungi hutan Pelawan ini, walllahualam.
Saat ini kondisi hutan Pelawan sudah kian tergerus, menghilang, musnah. Mengingat hal tersebut, tampaknya yang terpenting saat ini adalah bagaimana menyelamatkan hutan Pelawan yang dulu banyak ditemukan di tanah Bangka maupun Belitung, terlebih semenjak aktivitas Tambang Inkonvensional (TI) dan Perkebunan Sawit marak di daerah ini, sulit sekali mencari kayu Pelawan, boro-boro hutannya! Mengingat kedua aktivitas tersebut yang sulit untuk dikendalikan karena banyaknya kepentingan, sementara pemerintah juga kelihatan sulit untuk diandalkan, mungkin sudah saatnya masyarakat diberdayakan dan diingatkan lagi akan manfaat keberadaaan hutan khususnya Hutan Pelawan.
Bahwa hutan juga bisa 'menghidupi' masyarakat di sekitarnya, dapat diwariskan bergenerasi-generasi, dan malah menawarkan kemakmuran - hutan Pelawan tidak saja menghasilkan Jamur Termahal sedunia (1 kg = Rp. 1,5 - 2 juta), juga menghasilkan Madu Pelawan yang diperoleh dari lebah penghisap sari bunga pohon pelawan di hutan. Jadi, dalam setahun sesungguhnya masyarakat sekitar bisa dihidupi oleh Pohon Pelawan dalam 2 musim - yaitu pada saat musim kemarau, lebah hutan Pelawan akan menghasilkan Madu, dimana kuantitasnya pun sangat bergantung dengan jumlah bunga pohon Pelawan di hutan, dan di saat musim penghujan - hutan pelawan akan menghasilkan Kulat alias jamur Pelawan yang berharga jutaan. Bagaimana?
Berbicara tentang Kulat Pelawan, ada hal yang menarik, selain pertanyaan mengapa harganya yang begitu mahal, yaitu adalah 'keanehan' prasyarat untuk tumbuh. Mengapa? dikarenakan Kulat ini membutuhkan dengan prasyarat khusus untuk tumbuh, yaitu harus ada guntur dan petir besar di antara hujan deras!!! (????) Tentu hal ini menimbulkan pertanyaan, apa benar??? apa hubungan guntur/petir dengan jamur yang tumbuh????
Meningat keunikan tersebut, kami memutuskan untuk pergi 'berburu' kulat Pelawan, kebetulan saat itu masih dalam musim hujan yang sedang deras2nya dan seringkali diselingi guntur dan petir. Benar saja, sewaktu kami berkunjung ke Hutan Namang - Bangka Tengah, kedatangan kami tidak sia-sia, karena saat itu kebetulan sedang musim kulat Pelawan. Sungguh menyenangkan saat melihat jamur berwarna merah pink diantara lumut yang tumbuh di sela-sela pohon Pelawan, dan saya langsung berjongkok untuk mengambil fotonya. Benar2 lucu dan menggemaskan! hmm, jadinya langsung teringat buku komik anak - Smurf....!
Menurut Sdr.Zainur (yang mendampingi kami), biasanya jamur ini panen pada bulan tiga, bulan enam atau bulan sembilan, tetapi dikarenakan musim hujan (berikut guntur dan petirnya) yang tidak menentu, sehingga saat ini sulit menentukan kapan bulan panen Kulat Pelawan.
Saat kami berkunjung ke hutan Pelawan tersebut, kami bertemu dengan rombongan adik2 dari UGM, dan menurut Zainur, sebelumnya adik2 dari ITB yang berkunjung. Apakah fenomena Kulat Pelawan vs Guntur/petir yang menyebabkan adik2 dari UGM dan ITB mengunjungi hutan Pelawan ini, walllahualam.
Saat ini kondisi hutan Pelawan sudah kian tergerus, menghilang, musnah. Mengingat hal tersebut, tampaknya yang terpenting saat ini adalah bagaimana menyelamatkan hutan Pelawan yang dulu banyak ditemukan di tanah Bangka maupun Belitung, terlebih semenjak aktivitas Tambang Inkonvensional (TI) dan Perkebunan Sawit marak di daerah ini, sulit sekali mencari kayu Pelawan, boro-boro hutannya! Mengingat kedua aktivitas tersebut yang sulit untuk dikendalikan karena banyaknya kepentingan, sementara pemerintah juga kelihatan sulit untuk diandalkan, mungkin sudah saatnya masyarakat diberdayakan dan diingatkan lagi akan manfaat keberadaaan hutan khususnya Hutan Pelawan.
Bahwa hutan juga bisa 'menghidupi' masyarakat di sekitarnya, dapat diwariskan bergenerasi-generasi, dan malah menawarkan kemakmuran - hutan Pelawan tidak saja menghasilkan Jamur Termahal sedunia (1 kg = Rp. 1,5 - 2 juta), juga menghasilkan Madu Pelawan yang diperoleh dari lebah penghisap sari bunga pohon pelawan di hutan. Jadi, dalam setahun sesungguhnya masyarakat sekitar bisa dihidupi oleh Pohon Pelawan dalam 2 musim - yaitu pada saat musim kemarau, lebah hutan Pelawan akan menghasilkan Madu, dimana kuantitasnya pun sangat bergantung dengan jumlah bunga pohon Pelawan di hutan, dan di saat musim penghujan - hutan pelawan akan menghasilkan Kulat alias jamur Pelawan yang berharga jutaan. Bagaimana?
Nah, berbicara tentang mengapa Kulat Pelawan ini begitu populer di masyarakat Bangka, ternyata Kulat ini sangat enak. Lempah Kulat Pelawan adalah salah satu masakan yang populer dan dibanggakan masyarakat Bangka. Untuk itu bumbunya hanya 3 yaitu garam - terasi dan cabe rawit. Rasanya?? maknyuss!! bahkan Bondan Winarno - detikFood dalam liputan tentang Kuliner Khas Bangka - "Jamur yang satu ini bisa bikin ketagihan. Diselimuti kuah santan yang gurih dengan bumbu yang pedas-pedas enak. Dimakan dengan nasi hangat, makin sedap rasanya!".
Mau mencobanya??? Berikut resepnya:
Bahan:
200 ml santan
Bumbu:
10 siung bawang putih
10 siung bawang merah
2 cm kunyit
2 cm lengkuas (laos)
50 g blacan (trasi)
10 buah cabai merah
10buah cabai rawit
Cara Membuat:
Bersihkan kulat pelawan, rendam dalam air selama 15-30 menit. Haluskan semua bumbu (diuleg atau diblender). Di dalam panci, tumis bumbu halus dengan 2 sendok makan minyak sayur, kemudian tambahkan 4 gelas air (1 liter).Masukkan kulat pelawan dan sayuran lain, tambahkan santan, rebus dengan api sedang sampai bergolak dan cairan susut (reduced), kecilkan api sampai jamur dan sayuran matang. Angkat.
(Resep diperoleh dari: Chef Zikri, Parai Beach Resort & Spa, Kawasan Pantai Parai Tenggiri
Sungailiat, Bangka Riset disponsori oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk).